Sunday, 22 April 2012

Pantai Coro

Di pantai yang memiliki panjang sekitar 400 meter, pasirnya berwarna putih dan tidak kalah dengan pantai lain yang ada di Jawa Timur dan pasirnya lembut dan bersih. Selain itu daya tarik lain pada pantai yang berjarak sekitar 1,5 Km dari padepokan Retjo sewu menuju ke timur ini keberadaannya masih alami dan belum banyak tergarap serta ombak pantai juga tidak terlalu besar. Lebih dari itu air laut pantai sangat jernih sehingga permukaan dasar laut bisa dilihat dengan mata telanjang, seperti semua karang dan tumbuhan laut

Dipantai yang menurut cerita dulunya banyak hewan coro ( kecoak, juga banyak sekali dijumpai batu karang , tumbuhan dan hewan laut hidup. Pengunjung bisa melihat dengan jelas tumbuhan dan hewan laut hidup di batu – batu karang di sepanjang pantai yang berbentuk teluk tersebut dan semua itu akan lebih jelas terlihat ketika air laut mulai surut

Bagi mereka yang suka mengoleksi aneka kulit kerang bisa datang ke tempat ini, karena banyak sekali jenis kulit kerang yang terdampar di bibir pantai, begitu juga dengan batu karang terdapat dipasir putih yang terhampar luas.

Anda harus memarkir kendaraan anda di sekitar kawasan Retjo Sewu dulu untuk bisa ke wisata ini. Pantai yang masih tergolong perawan ini sangat indah, kerang hidup aneka warna, anda bisa menjumpai bintang laut yang menempel di batu karang pantai.

Berikut adalah foto2 penulis bersama rekan saat berwisata di kawasan ini tanggal 22/4/2012.

Hamparan pasir putih yang luas



Berikut adalah lomba mencari kerang ala kami.. :D 

Monday, 20 February 2012

Kawasan Lawehan Penampehan

Kawasan Lawehan Penampehan
Kawasan Lawehan Penampehan
Lawehan adalah air terjun yang merupakan salah satu potensi wisata Kabupaten Tulungagung. Berada di Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang. ±25 km arah barat dari pusat kota Tulungagung, yang merupakan bagian dari Lereng Wilis dengan ketinggian ±1.200 m di atas permukaan air laut.
Untuk menuju lokasi harus berjalan kaki ±3 km melewati indahnya panorama perbukitan, dan sembilan kali menyeberangi sungai di hutan yang masih perawan. Karena khasnya jalan menuju obyek ini, yang naik turun, licin, curam dan menerobos semak belukar, maka sangat cocok bagi mereka yang suka tantangan dan pecinta alam. Apalagi di sekitar air terjun banyak tumbuh tanaman anggrek yang masih langka.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, daerah ini dikuasai oleh Mbok Roro Dewi Gangga, Mbok Roro Cemethi, Mbok Roro Wilis, dan Mbok Roro Endang Sampur.
Penduduk setempat meyakini, Barang siapa yang mandi di air terjun ini akan sembuh dari penyakitnya.
Tidak jauh dari air terjun Lawehan terdapat Candi Penampehan yang berada di Desa Geger. Untuk sampai ke candi, bisa menggunakan kendaraan roda empat. Bangunan candi dilindungi oleh pohon Kalpataru. Selain itu juga terdapat Goa Tan Tek Sue dan perkebunan durian "Bajul" yang melengkapi daya tarik Kawasan Lawehan Penampehan.

Candi Penampehan

Candi Penampehan
Candi Penampehan

Candi Penampehan yang terletak dilereng Gunung Wilis, Dusun Turi Desa Geger kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung merupakan candi Hindu kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno dibangun pada tahun saka 820 atau 898 Masehi. Arti penampehan itu sendiri konon berasal dari Bahasa Jawa yang berarti antara penolakan dan penerimaan yang bersyarat demikian tafsirnya.
Candi penampehan merupakan candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras) yang dipersembahkan untuk memuja Dewa Siwa, dimana konon peresmian candi ini dengan mengadakan pagelaran Wayang (ringgit). Selanjutnya era demi era pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa berganti mulai dari kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singosari, hingga Majapahit sekitar abad 9-14 M, candi ini terus digunakan untuk bertemu dan memuja Tuhan, Sang Hyang Wenang.

Di dalam kompleks Candi terdapat beberapa Arca yaitu arca Siwa dan Dwarapala, tetapi karena ulah Manusia yang tidak mencintai dan menghargai Heritage dan legacy dari nenek moyang beberapa arca telah hilang dan rusak. Untuk mengamankan beberapa arca yang tersisa yaitu arca siwa sekarang diletakan di museum situs Purbakala Majapahit Trowulan Jawa timur.

Selain Arca terdapat sebuah prasasti kuno yaitu Prasasti Tinulat tertulis dengan menggunakan huruf Pallawa dengan stempel berbentuk lingkaran di bagian atas prasasti. Berdasarkan Penuturan Bu Winarti umur 44 Tahun, juru kunci Candi Penampehan, prasasti itu berkisah tentang Nama-nama raja Balitung, serta seorang yang bernama Mahesa lalatan, siapa dia? Sejarah lisan maupun artefak belum bisa menguaknya. Serta seorang putri yang konon bernama Putri Kilisuci dari Kerajaan Kediri. Selain menyebutkan nama, prasasti itu juga memberikan informasi tentang Catur Asrama yaitu sistem sosial masyarakat era itu di mana pengklasifikasian masyarakat (stratifikasi) berdasarkan kasta dalam agama Hindu yaitu Brahmana, Satria, Vaisya dan Sudra.

Masih di kompleks candi Penampehan terdapat 2 kolam kecil yang bernama Samudera Mantana (pemutaran air samudera), di mana menurut pengamatan empiris selama berpuluh-puluh oleh Bu Winarti, 2 kolam tersebut merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa. Kolam yang sebelah utara merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian utara dan Kolam sebelah selatan merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Berdasarkan penuturan Bu Winarti, Apabila sumber air di kedua kolam tersebut kering berarti keadaan air dibawah menderita kekeringan, sebaliknya bila kedua atau salah satu kolam tersebut penuh air berarti keadaan air di bawah sedang banjir

Situs Karsyan Goa Pasir

Situs Karsyan Goa Pasir

Bagi warga Masyarakat Tulungagung siapa yang belum mengenal Goa Pasir, Goa yang terletak di Dukuh Pasir Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol atau tepatnya di sisi utara pegunungan kapur selatan (Gunung Podo) ini ternyata banyak menyimpan berbagai benda purbakala (Patung, berbagai pahatan/relief yang ada di antara bebatuan, makam kuno dan goa) yang dapat dijadikan obyek wisata sejarah maupun cagar budaya.
Dari Buku yang berjudul TABUTA (Tapak Budaya Tulungagung) karangan Drs. M Dwi Cahyono, M.Hum dijelaskan bahwa Goa Pasir atau yang dinamakan Situs Karsyan Goa Pasir yang terletak di Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol berbentuk bangun landam kuda serta tinggalan arkeologi yang berupa goa pertapaan yang berisi banyak relief (goa I) dengan ukuran goa 260 x 175 cm dan kedalaman 218 cm dengan ketinggian 200M di atas permukaan tanah tanpa disertai dengan tangga batu. Dan goa II yang tidak ber-relief dengan posisi tebing bawah dengan keadaan mulut lebih besar dari goa I berukuran 305 x 255 x 190 cm dan kedalaman 255 cm posisi goa menghadap ke barat.

Dalam buku TABUTA juga dijelaskan bahwa sesuai dengan sebutannya yaitu “Situs Goa Pasir“ dan fungsinya sebagai karsyan maka kedua Goa tersebut waktu itu difungsikan sebagai pertapaan. Hal tersebut didukung dengan banyaknya temuan lain yang tersebar di area goa serta sebagian yang tertimbun tanah, hal ini selaras dengan esoteris dari Hindu sekte Siwa Shidanta yang lazim di jalankan di lingkungan karsyan yang sifatnya tertutup.

Temuan lain di situs Goa Pasir berupa sisa struktur bangunan, berbangun bujur sangkar dengan ukuran sisi 700 cm berupa tatanan batu bata yang semula diperkirakan sebagai pondasi suatu asrama (rumah tinggal semi permanen bagi para Resi) dan hingga kini yang tersisa dari bangunan ini adalah bagian bangunan yang tampak di permukaan tanah yang berada di sisi selatan dan barat.
Selain itu di area situs juga terdapat arca-arca lepas batu adesit, sedangkan arca yang tersisa berupa dua buah arca penjaga pintu (dwara pala) berbeda ukuran dan detail bentuknya, fragmen arca Ganesha (Putra kedua dari Dewa siwa dan parwati/uma) peninggalan kerajaan Majapahit dan ini di indikatori berupa pahatan teratai yang tumbuh dari vas bunga yang dipahat pada sandaran kanan kiri kaki arca.
Berdasarkan catatan penelitian N.J. Krom dan Verbeek di situs Goa pasir pernah ditemukan arca batu yang sandarannya dipahatkan konogram saka 1325 (1403 M) dan 1224 S (1302 M) tahun 1302-1403 M yang berarti dari masa Majapahit, juga pernah ditemukan kronogram yang bertarikh Saka 1228 (1306 M), menunjuk pada zaman Majapahit oleh karena itu situs Karsyan Goa pasir diperkirakan sebuah peninggalan zaman Majapahit.

Mie Gadung Tulungagung, Perlu Dicoba

Inilah contoh mie Gadung
Inilah contoh mie Gadung
Desa Pelem Kecamatan Campurdarat yang mempunyai latar belakang sebagai sentra industri kuliner opak gadung serta mengurangi pengganguran didaerah setempat maka, mendorong Pengurus Kelompok Tani Bina Tani Desa Pelem Kecamatan Campur darat menciptakan makanan kuliner yang berbahan dasar gadung yang tidak terpakai dalam pembuatan Krupuk sebagai bahan dasar Mie. Diawali tahun 2009 silam kelompok binaan dari Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Tulungagung ini dengan dipimpin Moch Sidiq hingga saat ini dalam satu bulan minimal bisa membuat Mie dari bahan dasar gadung sekitar 1 kwintal hingga 2Kwintal, “ dari 8 orang yang aktif membuat mi ini, dalam satu bulan kelompok kami bisa menghasilkan sekitar 1 kwintal hingga 2 kwintal dengan rincian 1 orang bisa membuat maximal 5 kg dalam seharinya, “ ujar Ketua yang memimpin 20 orang sebagai anggota tersebut pada reporter news room.
Masalah kwalitas produksi mie bikinan kelompok ini bagus dan dijamin tanpa bahan pengawet sebab mie bikinan kelompok tani tersebut dalam membuatnya tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali bahkan dalam membuat warna mie, mereka menggunakan bahan sayur mayur sebagai bahan dasarnya, “ untuk bahan dasar dari mie yang kami buat ini selain Gadung juga memanfaatkan tepung kasava umbi singkong, sementara pewarnanya kelompok kami hanya menggunakan sayur mayur, sedangkan pengawetnya kami memanfaatkan air dari jerami , dan yang perlu diingat mei bikinan kami ini bisa tahan hingga 4 bulan lamanya, “ imbuh memproduksi mie dengan lebel Mie Kasava Special ini pada reporter.
Bagi anda yang datang ke kota marmer serta menginginkan mencicipi jajanan kuliner khas Tulungagung terutama mie bikinan kelompok tani ini anda cukup mengeluarkan uang Rp 5.000,- hingga Rp. 10.000,- per kemasan atau Rp. 50.000,- per Kg-nya

source : tulungagung.go.id
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...